PENYESUAIAN SOSIAL ANAK TUNA DAKSA
Ragam
karakteristik ketunadaksaan yang dialami oleh seseorang menyebabkan tumbuhnya
berbagai kondisi kepribadian dan emosi. Meskipun demikian, kelainan kepribadian
dan emosi tidak secara langsung diakibatkan karena ketunaannya, melainkan
ditentukan oleh bagaimana seseorang itu berinteraksi dengan lingkungannya.
Sehubungan
dengan itu, ada beberapa hal yang tidak menguntungkan bagi perkembangan
kepribadian anak tunadaksa antara lain sebagai berikut :
1. Terhambatnya
aktifitas normal sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
2. Timbulnya
kekhawatiran orangtua yang berlebihan justru akan menghambat terhadap
perkembangan kepribadian anak karena orangtua biasanya cenderung over
protection.
3. Perlakuan
orang sekitar yang membedakan terhadap anak tunadaksa menyebabkan anak merasa
bahwa dirinya berbeda dengan yang lain.
Hal-hal
sebagaimana dijelaskan diatas, efek tidak langsung akibat ketunadaksaan yang
dialami seseorang dapat menimbulkan sifat harga diri rendah, kurang percaya
diri, kurang memiliki inisiatif atau mematikan kreatifitasnya. Beberapa ahli
yang mengadakan penelitian terhadap anak polio menyimpulkan, bahwa hal yang
seringkali tampak pada anak polio adalah impulsif, cepat lelah, gelisah, dan
cepat marah. Ada dugaan kondisi tersebut bisa jadi akibat dari ketunaan atau
ketegangan yang dialami anak polio karena dihindari oleh orang disekitarnya.
Menurut Harris
dalam penelitiannya diperoleh gambaran bahwa sebenarnya tidak ada pola atau
ciri yang membedakan kepribadian anak tunadaksa dan anak normal. Faktor dominan
yang mempengaruhi perkembangan kepribadian atau emosi anak adalah lingkungan.
Bahkan beberapa ahli dalam referensinya menyebutkan bahwa secara spesifik
faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian anak tunadaksa adalah tingkat
kesulitan akibat kelainan, kapan kecacatan itu terjadi, keadaan keluarga dan
dorongan sosial, status sosial dalam kelompoknya,sikap oranglain terhadap anak
dan tampak atau tidaknya kecacatan yang diderita.
Atas dasar
itulah, persepsi sosial yang dapat menjatuhkan perasaan anak tunadaksa akan
berpengaruh terhadap pembentukan self concept-nya.Hal ini disebabkan sikap
belas kasihan dari orang lain sering disalahgunakan tunadaksa. Untuk
menghindari tanggungjawab, atau dibuat sarana oleh anak tunadaksa untuk
memproyeksikan kegagalannya kepada orang lain. Kondisi tersebut sangat tidak
menguntungkan dalam upaya penyesuaian sosialnya.
Hal lain yang
menjadi problem penyesuaian anak tunadaksa adalah perasaan bahwa orang lain
terlalu membesarkan ketidakmampuannya. Persepsi yang salah tentang kemampuan
anak tunadaksa dapat mengurangi kesempatan bagi anak tunadaksa untuk
berpartisipasi dalam aktivitas sosial dilingkungannya. Ketiadaan kesempatan
untuk berpartisipasi praktis menyebabkan anak tunadaksa sukar untuk mengadakan
penyesuaian sosial yang baik. Demikian juga sikap masyarakat, secara langsung
atau tidak langsung memiliki pengaruh yang besar terhadap penyesuaian anak
tunadaksa. Sikap masyarakat terhadap anak kondisi ketunaan yang dialami anak
tunadaksa seringkali bertentangan dengan penilaian penderita sendiri.
Konfrontasi antara sikap masyarakat dengan penilaian anak sendiri terhadap
ketunaan, dalam mencari penyelesaiannya terdapat kemungkinan-kemungkinan
sebagai berikut :
1. Anak
tunadaksa mungkin sekali menolak respons lingkungan terhadap dirinya.
2. Mungkin
pula anak tunadaksa meninggalkan sama sekali penilaian terhadap dirinya, dan
menganggap bahwa respons lingkungan itu benar.
3. Atau
mungkin pula anak tunadaksa mencari jalan tengah antara kedua respons diatas.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus