Jumat, 15 November 2013

Penyesuaian Sosial Anak Tuna Daksa


PENYESUAIAN SOSIAL ANAK TUNA DAKSA

          Ragam karakteristik ketunadaksaan yang dialami oleh seseorang menyebabkan tumbuhnya berbagai kondisi kepribadian dan emosi. Meskipun demikian, kelainan kepribadian dan emosi tidak secara langsung diakibatkan karena ketunaannya, melainkan ditentukan oleh bagaimana seseorang itu berinteraksi dengan lingkungannya.
          Sehubungan dengan itu, ada beberapa hal yang tidak menguntungkan bagi perkembangan kepribadian anak tunadaksa antara lain sebagai berikut :
1.     Terhambatnya aktifitas normal sehingga menimbulkan perasaan frustasi.
2.     Timbulnya kekhawatiran orangtua yang berlebihan justru akan menghambat terhadap perkembangan kepribadian anak karena orangtua biasanya cenderung over protection.
3.     Perlakuan orang sekitar yang membedakan terhadap anak tunadaksa menyebabkan anak merasa bahwa dirinya berbeda dengan yang lain.
Hal-hal sebagaimana dijelaskan diatas, efek tidak langsung akibat ketunadaksaan yang dialami seseorang dapat menimbulkan sifat harga diri rendah, kurang percaya diri, kurang memiliki inisiatif atau mematikan kreatifitasnya. Beberapa ahli yang mengadakan penelitian terhadap anak polio menyimpulkan, bahwa hal yang seringkali tampak pada anak polio adalah impulsif, cepat lelah, gelisah, dan cepat marah. Ada dugaan kondisi tersebut bisa jadi akibat dari ketunaan atau ketegangan yang dialami anak polio karena dihindari oleh orang disekitarnya.
Menurut Harris dalam penelitiannya diperoleh gambaran bahwa sebenarnya tidak ada pola atau ciri yang membedakan kepribadian anak tunadaksa dan anak normal. Faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian atau emosi anak adalah lingkungan. Bahkan beberapa ahli dalam referensinya menyebutkan bahwa secara spesifik faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian anak tunadaksa adalah tingkat kesulitan akibat kelainan, kapan kecacatan itu terjadi, keadaan keluarga dan dorongan sosial, status sosial dalam kelompoknya,sikap oranglain terhadap anak dan tampak atau tidaknya kecacatan yang diderita.
Atas dasar itulah, persepsi sosial yang dapat menjatuhkan perasaan anak tunadaksa akan berpengaruh terhadap pembentukan self concept-nya.Hal ini disebabkan sikap belas kasihan dari orang lain sering disalahgunakan tunadaksa. Untuk menghindari tanggungjawab, atau dibuat sarana oleh anak tunadaksa untuk memproyeksikan kegagalannya kepada orang lain. Kondisi tersebut sangat tidak menguntungkan dalam upaya penyesuaian sosialnya.
Hal lain yang menjadi problem penyesuaian anak tunadaksa adalah perasaan bahwa orang lain terlalu membesarkan ketidakmampuannya. Persepsi yang salah tentang kemampuan anak tunadaksa dapat mengurangi kesempatan bagi anak tunadaksa untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial dilingkungannya. Ketiadaan kesempatan untuk berpartisipasi praktis menyebabkan anak tunadaksa sukar untuk mengadakan penyesuaian sosial yang baik. Demikian juga sikap masyarakat, secara langsung atau tidak langsung memiliki pengaruh yang besar terhadap penyesuaian anak tunadaksa. Sikap masyarakat terhadap anak kondisi ketunaan yang dialami anak tunadaksa seringkali bertentangan dengan penilaian penderita sendiri. Konfrontasi antara sikap masyarakat dengan penilaian anak sendiri terhadap ketunaan, dalam mencari penyelesaiannya terdapat kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut :
1.     Anak tunadaksa mungkin sekali menolak respons lingkungan terhadap dirinya.
2.     Mungkin pula anak tunadaksa meninggalkan sama sekali penilaian terhadap dirinya, dan menganggap bahwa respons lingkungan itu benar.
3.     Atau mungkin pula anak tunadaksa mencari jalan tengah antara kedua respons diatas.

1 komentar: